Teks Ulasan Emak dan Sepotong Roti, caswati, bahasa indonesia


Berikut adalah teks ulasan cerpen "Emak dan Sepotong Roti" yang kedua. Cerpen karya Caswati ini dimuat dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia kurikulum 2013. Berikut teks ulasan "Emak dan Sepotong Roti" kedua. Ada 12 teks ulasan Emak dan Sepotong Roti lain dari bahrelwey, klik disini  :

Teks Ulasan Emak dan Sepotong Roti Kedua

Emak dan Sepotong Roti adalah cerpen karya Caswati. Caswati  adalah seorang Mahasiswa Sastra Indonesia yang sedang mengenyang pendidikannya di Universitas Gajah Mada Fakultas Ilmu Budaya. Pengarang yang lahir di Jakarta, 23 September 1989 ini bertempat tinggal di GMNU Jln HOS Cokroamionno TR III/890B Gg Ngadimulyo, Sudagaran, Yogyakarta. Cerpen yang sangat menyentuh hati ini dimuat di Balai Bahasa Yogyakarta tahun 2007. Dikarenakan gaya bahasa dan kalimatnya yang sangat lah indah dan mudah dipahami oleh pembaca, maka cerpen ini dimuat.

Pada bagian isi cerpen ini, diceritakan tentang pengorbanan yang didasari kasih sayang. Siang yang begitu terik, membakar punggung sang emak yang sedang mengumpulkan batu-batu kali di sungai. Akibat meninggalnya bapak emapat tahun yang lalu, kini emak menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Emak yang tak lagi bekerja menjadi buruh tani, sekarang bekerja menjadi pengumpul dan pemecah batu kali. Emak ingin Dina dan Dani tidak mengalami kesengsaraan dan kesulitan yang emak rasakan selama ini. Demi kedua anaknya, emak rela banting tulang memeras keringat demi membahagiakan anaknya.

Hari Minggu tiba, saatnya Dani membantu emak di sungai. Sesaat Dani sampai di bawah sebatng pohon nangka dan kemudian duduk disamping emak, emak langsung bertanaya dan berbicara kepada Dani dengan nada yang keras. Dani tak mengerti kenapa emak tiba-tiba seperti itu. Tak seperti biasanya emak berbicara dengan nada keras. Dani dan Dina pun menuruti perintah emak untuk tinggalkan beliau sendiri disini.

Tepat pada langkah kelima, terdengar suara jeritan emak yang sedang merasakan kesakitan. Dani dan Dina pun dengan cepat menghampiri emak. Wajah pucat, bibir gemetar, keringan bercucuran dan mata cekungnya yang terpejam, itulah raut muka emak yang sedang merasakan kesakitan di tangan kirinya. Perih, perih yang membuat semua kekuatannya terhempas ke awan. Tangan yang tak lagi dapat bekerja membuat emak menjadi sering melamun di bale-bale rumah. 

Dani yang semakin khawatir dengan keadaan emak, mencoba mengajak emak pergi ke bidan desa untuk berobat. Ajakan sang anak yang di tolak oleh emak dengan alasan bahwa uang itu lebih baik digunakan untuk ongkos sekolah. Emak menegaskan bahwa tangannya akan baik-baik saja. Mau tak mau Dani pun harus menuruti perintah emak.

Seusai salat Subuh dan menyiapkan sarapan, Dani tidak langsung berangkat ke sekolah yang jaraknya cukup jauh. Ia merasa khawatir jika meninggalkan emak. Tiba-tiba emak berkata ingin memberikan sesuatu untuk Dani tapi nanti. Seusai pulang sekolah Dani melihat Dina dengan wajahnya yang polos dan emak yang menelungkupkn kepalanya diatas meja, mungkin emak kelelahan fikir Dani. Saat Dani mencoba membangunkan emak, terdapat rasa khawatir yang menjalar ke seluruh tubuhnya. 

Wajah tirus emak pucat pasih dengan seulas senyum dingin mengembang di bibir kering yang jarang tersentuh air. Matanya terpejam rapat. Dani baru saja tersadar bahwa ia kehilangan sesuatu yang berharga  bersamanya lilin  yang meleleh di atas sepotong roti, sesuatu yang pergi diiringi semayup suara iqomah dari suara tua di ujung jalan. Kepolosan sang Dina menjadi saksi perjuangan emak mengumpulkan dan memecahkan batu-batu kali demi sepotong roti untuk anak yang beliau kasihi.

Teks ulasan di atas adalah kedua dari 12 teks ulasan "Emak dan Sepotong Roti". Untuk melihat 12 teks ulasan lain klik disini. Terima kasih telah berkunjung. Tulis komentar sebagai kritik dan saran atas teks ulasan di atas. :D

Post a Comment Blogger

 
Top